Selamat Datang,, blog ini hanya ingin berbagi ilmu pengetahuan dan sharing bersama

Rabu, 10 Oktober 2012

PROPOSAL SKRIPSI


HUBUNGAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE TGT (TEAMS GAME TURNAMENT)  TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 02 NGARIBOYO

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan 

Oleh :
IYON PURNABAKTI
NPM : 09141114
PROGRAM STUDI PENDIIDKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu proses pendidikan yang dapat mengubah tingkah laku seseorang dengan tujuan yang diharapkan oleh orang tua maupun pendidik. Dalam memberi dan menerima ada kaitanya dengan tujuan tersebut maka seorang pendidik dalam mengembangkan tugasnya tidak hanya menyampaikan memberi menerima dari peserta didik maupun orang tua, tetapi harus mengubah sekaligus membina seorang peserta didik agar dalam tujuan semua dapat terpenuhi.
Proses dan hasil pendidikan yang dialami setiap orang dapat dipandang sebagai investasi (investasi kemanusiaan yang sulit di nominalkan dalam satuan uang), dan sifat antisipasif (kesiapan untuk menghadapi tugas masa kini dan menyongsong tugas masa depan). Proses pematangan diri seseorang dengan bantuan layanan pendidikan tersebut hendaknya mesti bermutu dari tahap demi tahap berikutnya agar tidak merugikan diri sendiri dan lingkungan sosialnya.
Pendidikna selalu terjadi dalam dalam relasi sosial (baik langsung maupun tidak langsung) dan dalam situasi sosial yang selalu berubah-ubah. Sehubung dengan hal ini, agar pendidikan memiliki arah yang jelas serta konsisten, dan agar pendidikan memiliki arah yang jelas serta konsisten, dan agar pendidikan menemukan pendekatan atau metode kerja yang selaras dengan tujuan serta situasi yang konkret, praktek pendidikan memerlukan hadirnya seorang pendidik yang handal serta kreatif (panggulan yang luhur sekaligus menuntut tanggung jawab yang besar).
Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam pendekatan, metode dan model pembelajaran yang interaktif dan melibatkan keaktifan siswa atau student centered. Dengan adanya berbagai macam pendekatan, model dan metode pembelajaran hendaknya sebagai seorang guru harus kreatif dalam menyusun rencana pembelajaran dan pelaksanaanya dalam pembelajaran.
Guru (seorang pendidik) yang kreatif dengan mengupaya pengelolaan pembelajaran yang lebih inovatif. Agar pembelajaran berjalan secara efektif, seluuruh strategi tersebut harus digunakan secara bersama-sama, baik mencangkupi semuanya maupun beberapa. Dalam prakteknya, oleh depdiknas, direkomendasikan untuk dimungkinkan tidak diperlukan secara drastis dari semua pendidik. Penggunaanya secara terus menerus dan refleksi dari pembelajaran menyebabkan perluasan dan pendalaman pengetahuan guru dan organisasi sekolah. Depdiknas (dalam Bambang Yulianto 2002 : 22).
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan intruksional yang ingin dicapai untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan , maka perlu beberapa faktor yang terdapat dalam siswa (faktor intern) dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern).
Pendidikan sekolah dasar membentuk pribadi siswa sebagai manusia eksplorator, kreatif dan integral. Karena itu dalam proses pembelajaran guru harus mampu memotivasi siswa dan menyenangkan bagi siswa sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran berlangsung dan membuat siswa menjadi semangat untuk mengikuti proses pembelajaran, dan proses pembelajaran pun bisa berlangsung dengan baik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPS adalah metode pembelajaran. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan tekhnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif (Syaiful bahri Djamarah 2006:7).metode penjajian untuk memotivasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamanya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa sutu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kenyataan yang terjadi di lapangan saat ini Guru kurang kreatif, sedangkan salah satu sebabnya rendah mutu pendidikan adalah belum efektifnya proses pembelajaran, proses pembelajaran selama ini masih berorientasi pada penguasaan teori dan hafalan sehingga kemampuan belajar peserta didik terhambat. Disamping itu, penerapan metode pembelajaran konvensional (yang berpusat pada Guru) masih sering digunakan oleh Guru  untuk menyampaikan materi.
Dalam metode pembelajaran konvensional yang umum digunakan adalah metode ceramah, disini guru lebih aktif berbicara atau ceramah dalam penyampaian materi kepada siswa, sehingga siswa hanya pasif mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan karakteristik siswa yang berbeda-beda sehingga tidak semua siswa suka dengan metode ceramah yang digunakan. Penggunaan metode konvensional (yang berpusat pada Guru) sering membuat siswa jenuh dan bosan saat berlangsungnya proses belajar mengajar, sehingga minat siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar sangat rendah.
Untuk memotivasi belajar siswa agar mencapai ketuntasan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang diharapakan, Guru seharusnya mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan pokok materi yang dibahas. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah model pembelajaran cooperative type TGT (Times Game Turnament). Dengan harapan akan memotifasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh penggunaan model pembelajaran yang inovatif terhadap prestasi belajar siswa dengan judul “ Hubungan Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Type TGT (Team Games Turnament) Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 02 Ngariboyo”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan pada peneliti ini adalah :
1.      Seberapa tinggi prestasi belajar IPS
2.      Apakah ada hubungan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 02 Ngariboyo.


C.    Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian yang penulis rumuskan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui seberapa tinggi Prestasi belajar IPS sisa kelas IV.
2.      Ada hubungan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 02 Ngariboyo.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi motivasi dalam melatih diri dan mengembangkan kemampuan agar dapat mengajar dengan lebih baik.
2.      Bagi Guru
Guru diharapkan lebih mengenal model pembelajaran lebih banyak dalam mengajarnya diantaranya menggunakan model pembelajaran Cooperative learning type TGT (Team Games Turnament) sebagai variasi belajarnya.
3.      Bagi Kepala Sekolah
Dapat dijadikan acuan bagi Sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran, terutama tentang penggunaan model pembelajaran Cooperative Type Team Games Tournament dalam meningkatkan prestasi belajar IPS.

E.     Defnisi Oprasional
Ada beberapa operasional yang perlu disajikan dalam penelitian ini, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau penafsiran yang tidak sesuai dengan maksud peneliti, yaitu:
1.      Prestasi hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok.
2.      Belajar adalah suatu proses aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku seseorang yang mampu diamati relatif lama.
3.      Pembelajaran kooperatif adalah suatu perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok.
F.     Asumsi Penelitian
Berdasarkan pemikiran yang matang, maka diasumsikan bahwa:
1.      Model Pembelajaran koopratif tipe TGT mampu membuat kegiatan belajar mengajar menyenangkan dan mampu memotivasi belajar siswa, sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam kegiatan pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 02 Ngariboyo.
2.      Dalam kegiatan pembelajaran IPS Guru harus kreatif dalam memilih metode mengajar yang cocok, dan bukan hanya dengan metode ceramah.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Prestasi belajar
1.      Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi Belajar menurud Mas’ud Khasan Abdul Qohar adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sementara menurut Nasrun Harahap memberikan batasan, bahwa prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan pengajaran yang dihasilkan kepada peserta serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. (Syaiful Bahri Djamarah 1994 : 20-21)
Dari penjelasan diatas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama, yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat dipahami, bahwa prestasi hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Slameto (2003 : 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006 : 10-11), yaitu belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan.
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Sebaliknya, apabila tidak terjadi perubahan dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil.
Setelah menelusuri uraian diatas, maka dapat dipahami mengenai makna kata prestasi dan belajar. Prestasi belajar adalah sutu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan yang cukup sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktvitas dalam belajar.

2.      Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Semua siswa, orang tua dan guru sebagai pengajar menginginkan tercapainya prestasi belajar yang tinggi, karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar. Namun kenyataannya tidak semua siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor.
Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a.      Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari:
1.      Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
2.      Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan)
3.      Faktor kelelahan

b.      Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari:
1.      Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan)
2.      Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah
3.      Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
Muhibbin Syah (2006: 144) bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor yakni:
1.      faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa
2.      faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
3.      faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan  pembelajaran  materi-materi pelajaran.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a.      Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari:
1.      Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh
2.      Faktor psikologis yang meliputi tingkat inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan
3.      Faktor kelelahan.

b.      Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari:
1.      Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan
2.      Faktor dari lingkungan sekolah yaitu metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah
3.      Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

c.       faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan  pembelajaran  materi-materi pelajaran.

B.     Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1.      Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperativ Learning)
Menurut Rusman (2010 : 202) pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana pebelajar yang memiliki tingkat kemampuan berbeda belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
Menurut slavin (1995) bahwa, dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerjasama dalam menguasai materi yang diberikan Guru. Menurut Artzt & Newman (1990:448) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai satu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. (Trianto, 2009 : 56)
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.


2.      Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Dari awal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar koopreatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temanya.
Johnson & Johnson (1994) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secar kelompok.(Trianto, 2009 : 57)
Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara pasa siswa bari berbagai latar belakang ethnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-ktrampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.
Zamroni (2000) mengemukakan bahwa bahwa manfaat penerapan belajar koopertaif adalah mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. (Trianto, 2009 : 57-58)

3.      Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, yaitu :
·      Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi pebelajar
Kegiatan guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi pebelajar atau siswa.
·      Fase 2 Menyajikan informasi
Kegiatan guru menyajikan informasi kepada pebelajar baik dengan peragaan atau teks.
·      Fase 3 Mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok-kelompok belajar
Kegiatan guru menjelaskan kepada pebelajar bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.
·      Fase 4 Membantu kerja kelompok dalam belajar
Kegiatan guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
·      Fase 5 Mengetes materi
Kegiatan guru memberi tes materi pelajaran, atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka.
·      Fase 6 Memberikan penghargaan
Kegiatan guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik penghargaan atas tingginya upaya kerjasama dalam proses belajar kelompok, maupun hasil belajar individu dan kelompok.

C.    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Turnament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Turnament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaab status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Games Turnament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Menurut Slavin (2008 : 90) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan, yaitu :
1.      tahap penyajian kelas (class presentation),
pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalampenyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.


2.      belajar dalam kelompok (teams),
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogendilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3.      permainan (games),
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor tersebut. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4.      pertandingan (turnament),
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelomppok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dielompokan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

Prosedur permainan (turnament) dalam TGT menurut Slavin (2008 : 169-175) adalah sebagai berikut :
a.  siswa dari setiap yang setara/homogen kemampuan, awalnya berkumpul pada meja turnamen,dan membagi dua sisi yaitu sisi kanan dan kiri.
b. Pada babak pertama, siswa pada sisi kiri bertindak sebagai pembaca soal (mengocok, mengambil, dan membacakan) kartu soal dan sisi kanan menjawab.
c.  Setelah soal dibacakan, beri waktu 60 detik untuk berfikir.
d. Siswa sisi kanan yang mendapat prioritas menjawab mengemukakan jawabanya.
e.  Jika jawabanya benar, maka kartu pertanyaan diambil penjawab untuk diperhitungkan dalam penilaian.
f.  Jika jawaban salah, maka siswa lain pada sisi kanan boleh menantang untuk menjawabnya, dengan cara mengangkat tangan terlebih dahulu. Setelah dipersilahkan oleh oleh pembaca baru mengemukakan jawabanya.
g. Jika semua sisi kanan jawabanya salah, maka siswa kiri yang bukan pembaca soal dapat menantang untuk menjawab, setelah dipersilahkan oleh pembaca soal.
h. Jika pertanyaan yang bersangkutan tidak juga menjawab, maka pembaca soal mengembalikan kartu soal/pertanyaan pada paknya dan ditempatkan di paling bawah.
i.   Pada saat pertanyaan dibacakan, seluruh peserta pada meja turnamen itu harus menyiapkan jawabanya agar dapat menantang untuk menjawab.
j.   Setelah semua siswa pada sisi kiri menjadi pembaca soal dan sisi kanan menjadi penjawab denganpengaturan searah perputaran jarum jam maka berganti tugas pembaca menjadi penjawab dan sebaliknya (babak kedua), begitu seterusnya sampai waktu turnamen atau pertanyaan terjawab habis.
k. Ketika permainan/turnamen berakhir, para pemain mencatat kartu pertanyaan yang dimenangkanya pada lembar penilaian. Setelah kembali ketimnya lembar penilaian digabungkan dengan yang diperoleh oleh anggota tim lainya.
l.   Selama turnamen berlangsung, semua peserta harus jujur dan sportif.


Gambar penempatan siswa dalam meja tusnamen disajikan pada gambar  2.1 berikut ini.


TEAM A
A-1         A-2         A-3         A-4
Tinggi    Sedang Sedang Rendah
TEAM C
C-1         C-2         C-3         C-4
Tinggi    Sedang Sedang Rendah
TEAM B
B-1         B-2         B-3         B-4
Tinggi    Sedang Sedang Rendah
Meja
Turnamen 1
Meja
Turnamen 1
Meja
Turnamen 1
Meja
Turnamen 1
 










Gambar 2.1 : Gambar Penempatan Siswa dalam Meja Turnamen
5.      dan penghargaan kelompok (team recognition).
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikan atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Tim mendapat julukan “Super Team”  jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45  dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.
Pengimplementasian model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada proses pembelajaran didalam kelas adalah sebagai berikut :
1)      Membuat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian guru memberikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.
2)      Tiap kelompok mengerjakan lembar kerja yang dibagikan oleh guru.
3)      Melaksanakan Game, dimana tiap anggota kelompok harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru untuk mendapatkan poin yang dilakukan oleh batas tertentu.
4)      Menyiapkan meja turnamen, 5 meja untuk tiap meja ditemapti 4 orang siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja kelima ditempati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penantian tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
5)      Melaksanakan turnamen sesuai prosedur permainan dengan batas waktu yang telah ditentukan.
6)      Setelah selesai kemudian menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan individual, lalu memberikan penghargaan kelompok dan individual.

D.    Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar
1.      Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Pengorganisasian bahan pengajaran IPS di SD sumbernya dari
berbagai ilmu sosial yang diintegrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian pengajaran IPS di SD merupakan bagian integral dari bidang studi. Namum ketika membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan sejarah, bahan – bahan pengajaran bisa dibicarakan secara lebih tajam.
Ada dua bahan kajian IPS, yaitu bahan kajian pengetahuan sosial
mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan dan bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini.
Mengajar sejarah pada tingkat sekolah dasar memerlukan stimulan
yang besar serta berbagai variasi pendekatan untuk mendapatkan partisipasi peserta didik. Akan tetapi kondisi kelas juga harus tetap dijaga supaya tidak kehilangan kendali dan disiplin. Selain itu diharapkan juga pengajar harus selalu antusias dalam menembah pengetahuan pribadinya terhadap pengetahuan sejarah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan suasana kelas yang pasif dan membosankan. Menurut Hartono Kasmadi (2001 : 152) ada tiga kegiatan yang dapat diterapkan oleh guru sejarah untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kelas, yaitu : (1) partisipasi peserta didik melalui ketrampilan latihan, (2) partisipasi peserta didik melalui penelitian, dan (3) partisipasi peserta didik melalui Diskusi. Dalam partisipasi peserta didik melalui ketrampilan latihan, yang bisa dilakukan ialah dengan membuat catatan. Hal ini disebabkan karena buku catatan mampu menyimpan semua hasil belajar di kelas, seperti ringkasan, diagram, chart dan gambar.
Dalam partisipasi peserta didik melalui penelitian, yang dilakukan
berupa pengembangan bahan pelajaran dengan membuat suatu kegiatan proyek yang dapat memberikan motivasi kepada peserta didik yang ”enggan” mempelajari sejarah. Sedangkan dalam partisipasi peserta didik dilakukan melalui diskusi merupakan salah satu aktivitas yang dapat melatih kemampuan mental peserta didik dalam menghadapi situasi tertentu, karena mental merupakan isi penting dalam perkembangan peserta didik. Peserta didik yang aktif dalam kegiatan ini akan terlatih berpikir kritis dan mengembangkan kerangka jiwanya untuk menghadapi setiap masalah, membentuk pengertian terhadap fakta sejarah dan melatih dirinya untuk membuat suatu kesimpulan. Bahannya tidak berbentuk permasalahan atau pertanyaan saja, tetapi dapat pula berupa diskusi setelah mereka mengamati suatu model dramatisasi peristiwa sejarah yang diperagakan oleh temannya.
Tujuan ilmu pengetahuan Sosial, Menurut Bruce joyce (Cheppy 2005 : 14-15) mengemukakan tiga tujuan dasar dari IPS, yaitu :
1.      Humanistic Education, sebagai tujuan pertama.
Diharapkan IPS mampu membantu anak didik untuk memahami segala pengalamanya serta diharapkan lebih mengerti tentang arti kehidupan ini.
2.      Citizenship Education, sebagai tujuan kedua.
Setiap anak didik harus dipersiapkan untuk mampu berpartisipasi secara afektif di dalam dinamika kehidupan masyarakatnya. Masyarakat diliputi segala aktivitas yang menyadarkan setiap warga negara untuk bekerja secara benar dan penuh tanggung jawab demi kemajuanya.
3.      Intellectual Education, sebagai tujuan ketiga.
Tiap anak didik ingin memperoleh cara dan saran untuk mengadakan analisis terhadap gagasan-gagasan serta mengadakan pemecahan masalah seperti yang telah dikembangkan oleh ahli-ahli ilmu sosial. Bersamaan dengan pertumbuhan kemampuanya, anak didik seharusnya belajar untuk menjawab sebanyak mungkin pertanyaan serta menguji data secara kritis dalam sebagai situasi sosial.
Dengan bekal pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai tersebut, para siswa diharapkan dapat mengambil keputusan sebagai warga yang aktif, yang secara kultural beraneka ragam dalam masyarakat demokratis di dunia yang merdeka. Selanjutnya, mereka diharapkan dapat berprilaku sesuai dengan keputusan yang bertanggung jawab. Baik secara individual maupun sosial, untuk mendarmabaktikan hasilnya bagi masa datang yang lebh baik bagi semua orang.

2.      Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar
Pada jenjang sekolah dasar, penyajian ilmu pengetahuan sosial dilakukan secara terpadu karena perspektif siswa pada usia sekolah dasar lebih cenderung pada hal-hal yang bersifat konkret dan utuh. Pada jenjang berikutnya, geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi-Antropologi berdiri sendiri sebagai mata pelajaran namun dalam pengkajianya tidak memisahkan secara ketat antara masing-masing mata pelajaran.
Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan berdasarkan realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dabn cabang-cabang ilmu sosial.

E.     Kerangka Konseptual/berfikir
Dalam suatu proses pembelajaran tentunya harus menggunakan model pembelajaran yang mampu membuat siswa lebih terpicu untuk mengikuti proses pembelajaran. Saat ini banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah sehingga membuat siswa merasa bosan dan jenuh terhadap pembelajaran IPS.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki banyak manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah pembelajaran, seperti kurangnya memotivasi belajar siswa dan rendahnya prestasi belajar IPS.

F.     Hipotesis Penelitian
Berdasar pada latar belakang dan uraian di atas maka dapa dirumuskan sebuah hipotesis sebagai berikut:
“Ada hubungan penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Type Team Games Turnament (TGT)  terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN 02 Ngariboyo”.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan bentuk hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), (Sugiono, 2003). Karena penelitian ini menggunakan perhitungan angka terhadap data yang diperoleh untuk pengujian hipotesis, yaitu untuk melihat hubungan antar variabel model pembelajaran kooperatif tipe team games turnament (TGT) (x) dengan Prestasi belajar IPS siswa kelas IV (y).
X
Y
Y
XX





Gambar 1 Rancangan Penelitian
Keterangan:
X         =Model pembelajaran kooperatif tipe Team games turnament (TGT),
Y         =Prestasi belajar IPS siswa kelas IV.

B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono (2003: 90), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Turnament (TGT).
2.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109). Agar sampel betul-betul mewakili dari populasi, dalam menentukan jumlahnya haruslah sesuai. Berkaitan dengan besarnya sampel penelitian ini, Arikunto menyatakan bahwa “ada beberapa rumus yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah anggota sampel. Sebagai ancer-ancer, jika peneliti mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25-30% dari jumlah subjek tersebut.
Dari pendapat di atas, karena populasinya kurang dari 100, maka penulis menggunakan penelitian populasi yaitu siswa kelas IV, yang  jumlah totalnya 20 siswa, maka di ambil 100% dari jumlah seluruh siswa kelas IV dengan uraian sebagai berikut :
Kelas
Laki - laki
Perempuan
Jumlah
IV
8
12
20
Jumlah
8
12
20

C.    Variabel Penelitian
Menurut Sugiono (2003: 39) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Di dalam penelitian ini terdapat satu variabel independen dan satu variabel dependen, yaitu model pembelajaran koopertatif tipe Team Games Turnament (x) dengan Prestasi belajar IPS siswa kelas IV (y).

D.    Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara. Bila dilihat dari setting-nya, dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, dan dirumah dengan berbagai responden. Bila dilihat sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), Observasi (pengamatan ), dan gabungan ketiganya, Sugiono (2003:156).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner (angket), untuk mengetahui hubungan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Turnament (TGT) terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas IV.

E.     Instrumen penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah angket yang berbentuk skala Likert yaitu memberikan suatu nilai skala untuk setiap alternatif jawaban yang berjumlah empat alternatif jawaban. Keempat alternatif jawaban tersebut adalah Aktif (AT), Cukup Aktif (CA), Kurang Aktif (KA), Tidak Aktif (TA). Pedoman penilaian Angket sbb:
Alternatif
Keterangan
Skor
1
Aktif
4
2
Cukup Aktif
3
3
Kurang Aktif
2
4
Tidak Aktif
1

F.     Teknik Analisis Data
1.      Uji Normalitas
            Uji normalitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah teknik analisis regresi cocok dipergunakan untuk data penelitian ini. Uji normalitas ini ditempuh melalui 2 (dua) cara, pertama memakai rumus Chi-kuadrat dan kertas peluang (Sugiyono, 2003:199).
2.      Mencari Persamaan Regresi Ganda
Model persamaan regresi ganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
          (Sugiyono, 2003:224).

3.      Menguji Keberartian Persamaan Regresi Ganda
            Setelah persamaan regresi ganda diperoleh kemudian persamaan tersebut diuji keberartiannya. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat apakah persamaan regresi tersebut mempunyai keberartian atau tidak dalam menjelaskan populasi.
Uji keberartian persamaan regresi ini menggunakan uji F sebagai berikut:
    (Sugiyono, 2003:223)
Keterangan :
       =  Koefisien korelasi ganda
k          =  Jumlah variabel independent
n          =  Jumlah anggota sample

4.      Menguji Keberartian Koefisien Persamaan regresi Ganda
            Uji ini dilakukan untuk melihat apakah koefisien persamaan regresi yang berkaitan dengan  dan  berarti atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan  dan  sebagai berikut:
 

5.      Korelasi Parsial
            Perhitungan ini dimaksudkan untuk melihat apakah ada hubungan antara penggunaan model pembelajaran tipe Team Games Turnament (TGT) (x) dan prestasi belajar IPS siswa (y), koofesien dihitung dengan rumus sebagi berikut :



Keterangan :
N         = jumlah Sampel
          = Korelasi parsial

            Sedangkan keberartian koefisien korelasi Parsial dihitung dengan menggunakan rumus .
  (Sugiyono, 2003:226)

Keterangan :
                   =  korelasi parsial
n                      =  jumlah sampel
t                       =  t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan  tabel


DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Bahri Djamarah.1994.Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.Surabaya : Usaha Nasional
Syaiful Bahri Djamarah, dan Azwan Zain.2006.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rineka Cipta
Slameto.2003.Belajar dan Faktor –Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta : Rineka Cipta
Rusman.2010.Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru.Jakarta : Rajawali pers
Trianto, M.Pd.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Slavin, E Robert.2008.Cooperativ Learning.bandung : Nusa Media
Cheepy H.C.2005.Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial.Surabaya : Karya Anda
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
DOWNLOAD 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar